Senin, 18 April 2016

Tugas IT Management



Nama :  Hendriansyah (308140750) 
              Muhammad Husin (30814119)
STMIK INDONESIA
Kelas : 4.2 ES



1.Menurunnya pasaran panasonic di indonesia
Kalah saing dari China
Bos Panasonic Gobel Indonesia, Rachmat Gobel mengakui salah satu pabriknya tutup dan sejumlah karyawan di PHK. Salah satu alasannya adalah produk yang kalah bersaing dengan produk impor China.

Pabrik yang ditutup adalah Panasonic Lighting Indonesia yang memproduksi bohlam lampu. Pabrik tersebut akan ditutup karena produknyan tak lagi memiliki daya saing. Panasonic akan mengubah tren dengan membuat lampu light emitting diode (LED).

"Sekarang Panasonic sudah tidak bisa lagi membuat karena memang produk itu tidak ada daya saing lagi, karena kita tidak mampu menghadapi barang impor dari China," ungkap dia.
Rachmat menjelaskan, dengan melakukan rasionalisasi dan restrukturisasi pabrik-pabrik yang dioperasikan oleh Panasonic ini, maka perusahaan akan bisa fokus kepada produksi produk yang sesuai dengan perkembangan jaman dan permintaan pasar.

"Kita lakukan rasionalisasi dan restrukturisasi dan dua pabrik dijadikan satu menjadikan pabrik yang punya teknologi dan adedd value. Karena trennya teknologinya mulai ke LED, kita mulai masuk ke sana," kata dia.


2.Menurunnya pasaran toshiba di indonesia

Perusahaan elektronik Jepang Toshiba mengurangi 50 persen  karyawannya, terutama pada divisi televisi karena mengalami penurunan penjualan yang cukup signifikan. Manajemen perusahaan tersebut juga menghentikan produksi di dua dari tiga pabrik di luar negeri, sebelum akhir tahun fiskal ini. Seperti dikutip BBC, Toshiba tidak menyebutkan mana dari tiga pabrik -Cina, Indonesia dan Polandia- yang akan ditutup.
Harian bisnis Nikkei mengatakan kemungkinan pabrik di Indonesia akan tetap karena efisien. Divisi televisi Toshiba mengalami kerugian dalam dua tahun terakhir karena menurunnya penjualan global. Toshiba mengatakan akan memusatkan ke pasar yang terus berkembang seperti Asia dan Afrika dan mengakhiri penjualan untuk "sektor yang tidak menguntungkan".
Toshiba -seperti perusahaan televisi Jepang lain- mengalami penurunan permintaan, jatuhnya harga serta meningkatnya persaingan. Produk digital Toshiba, termasuk televisi, mengalami kerugian 16,3 miliar yen atau US$166 juta sampai tahun fiskal 31 Maret lalu, naik dari kerugian 3,3 miliar yen tahun sebelumnya.
Toshiba, yang memproduksi TV Regza, mengatakan dalam satu pernyataan bahwa perubahan itu dimaksudkan untuk "meningkatkan keuntungan dan memperkuat fondasi bisnis".
Toshiba mengatakan perusahaan itu akan mengalihkan sumber daya untuk membuat televisi dengan gambar super tajam, ultra high-definition (HD) 4K TV LCD yang diperkirakan permintaannya akan terus meningkat. Manufaktur global lain juga memusatkan pada produksi TV LCD ini.
Panasonic dan serta perusahaan LG dari Korea Selatan termasuk yang telah meluncurkan TV ultra HD. Langkah Toshiba ini dilakukan di tengah upaya Jepang untuk menjadi negara pertama yang menyiarkan program dalam bentuk 4K melalui satelit pada tahun 2014, pada saat Piala Dunia.
Perusahaan telekomunikasi Jepang mengatakan tengah melakukan uji coba video dengan resolusi 4K yang akan disalurkan melalui internet ke televisi. (bn)



3.Menurunnya pasaran sony di indonesia

Perusahaan asal Jepang, Sony memang terkenal dengan modul sensor kamera buatannya yang memiliki kualitas tinggi, bahkan bisnis sensor kamera Sony beberapa kali mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Namun ketika perusahaan mengumumkan pendapatan di kuartal lalu, terdapat penurunan pendapatan yang cukup dalam.
Seperti yang dilaporkan Peta Pixel akhir Januari lalu, dalam laporan keuangan Sony untuk kuartal empat 2015, Sony menyebut adanya penurunan penjualan sensor kamera yang cukup signifikan. Tentu saja, kabar sangat mengejutkan karena beberapa bulan terakhir, bisnis pada bidang ini terlihat sangat menjanjikan.
Hal itu terlihat pada tahun 2014 lalu, di mana 40% sensor kamera yang beredar di pasaran merupakan buatan Sony. Pada tahun berikutnya, Sony telah menambah modal sebesar USD 4 miliar untuk meningkatkan produksi sensornya serta dapat menjaga permintaan pasar agar semua kebutuhan manufaktur terpenuhi.
“Penurunan ini penyebab utamanya adalah penjualan sensor kamera yang menurun secara signifikan, yang merefleksikan adanya penurunan permintaan di produk mobile,” tulis Sony dalam pernyataannya. Dengan kata lain, bisnis penjualan sensor kamera smartphone merupakan penyumbang besar jatuhnya pendapatan Sony kuartal lalu.
Menurut Sony, perusahaan mengalami kerugian operasional sebesar USD 97 juta pada kuartal keempat tahun 2015, sangat jauh berbeda dibanding kuartal yang sama di tahun 2014, di mana mereka mendapat keuntungan sebesar USD 400 juta.


4.Sebab penurunnya penjualan brand sharp
“Penjualan menurun sampai 15%, omzet yang biasanya tercapai Rp50 miliar per bulan kini hanya Rp35 miliar perbulan,” sebut Yan di ruang kerjanya.

Menurutnya, hal utama yang menjadi pendorong menurunnya penjualan yakni anjloknya harga komoditas pertanian yang sangat berpengaruh pada daya beli masyarakat.

Apalagi perekonomian Sumsel sangat bergantung pada karet dan sawit, berbeda dengan pasar di Jawa. Ditambah pula harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah naik yang berpengaruh pada ongkos kirim.

Tidak hanya di wilayah Sumsel, diakuinya, penjualan di Pangkal Pindang juga menurun karena perekonomian setempat tidak stabil. Menyusul larangan masyarakatnya untuk menambang timah. Padahal, segmen pasar dalam negeri masih middle end, berbeda dengan di Jepang yang sudah bermain di level premium.

“Masyarakat jadi seakan menahan diri untuk beli ataupun upgrade barang,”keluhnya.

Imbasnya, dia memastikan, pada 2015 mendatang produsen barang elektronik akan menaikkan harga jual produk. Mengingat pabrikan tentu perlu mengeluarkan biaya produksi dan upah untuk ribuan karyawannya.

5.Faktor – faktor menurunnya penjualan brand sanyo

Faktor 1 : Harmony Culture Error. Dalam era digital seperti saat ini, kecepatan adalah kunci. Speed in decision making. Speed in product development. Speed in product launch. Dan persis di titik vital ini, perusahaan Jepang termehek-mehek lantaran budaya mereka yang mengangungkan harmoni dan konsensus. - See more at: http://strategimanajemen.net/2012/09/03/the-death-of-samurai-robohnya-sony-panasonic-sharp-dan-sanyo/#sthash.8WpASEZN.dpuf
Faktor 2 : Seniority Error. Dalam era digital, inovasi adalah oksigen. Inovasi adalah nafas yang terus mengalir. Sayangnya, budaya inovasi ini tidak kompatibel dengan budaya kerja yang mementingkan senioritas serta budaya sungkan pada atasan. - See more at: http://strategimanajemen.net/2012/09/03/the-death-of-samurai-robohnya-sony-panasonic-sharp-dan-sanyo/#sthash.8WpASEZN.dpuf
Faktor 3 : Old Nation Error. Faktor terakhir ini mungkin ada kaitannya dengan faktor kedua. Dan juga dengan aspek demografi. Jepang adalah negeri yang menua. Maksudnya, lebih dari separo penduduk Jepang berusia diatas 50 tahun. - See more at: http://strategimanajemen.net/2012/09/03/the-death-of-samurai-robohnya-sony-panasonic-sharp-dan-sanyo/#sthash.8WpASEZN.dpuf

6.Masalah menurunnya penjualan brand motorola

Pertanyaan Motorola akan segera bangkrut muncul setelah perusahaan ini menyampaikan berita buruk dalam jumpa pers kuartalannya menyangkut bisnis handset yang terpuruk. Bisnis Motorola terus menurun selama dua tahun terakhir, dan sepertinya tidak akan bisa bangkit lagi hingga awal 2010 mendatang.
Masalah sangat berat dihadapi Motorola yang dilaporkan mendapat kerugian besar pada kuartal ketiga sekarang. Salah satu penyebabnya adalah tertundanya rencana pemisahan divisi handset serta belum berjalannya restrukturisasi jajaran bisnis yang diharapkan mampu menghasilkan produk sesuai selera konsumen.
Masalah utama yang dihadapi Motorola saat ini adalah tidak pernah mempunyai produk yang berhasil menggebrak pasar sejak memperkenalkan Razr ultra tipis pada 2004. Lebih parah lagi, perusahaan ini telah salah mengartikan perubahan paradigma di pasar ponsel. Konsumen telah berpindah dari fitur tradisional semacam Razr, ke ponsel yang lebih menawan semacam smartphone iPhone.

7.Menurunnya pasaran penjualan brand blackberry
Turun Drastisnya pasaran Blackberry di negara kita diperkirakan, ada dua faktor, yaitu tidak mampunya bersaing dengan harga smartphone Android di pasaran dan hadirnya layanan BBM (BlackBerry Messenger) pada perangkat iOS dan Android. Faktor utama yang banyak diprediksi sebagai penyebab turunnya peminat BlackBerry di Indonesia adalah ketidakmampuan bersaing dengan smartphone Android yang menawarkan harga murah. Diketahui, smartphone Android memiliki harga yang sangat bervariasi, mulai dari Rp 600 ribuan, hingga jutaan. Sedangkan BlackBerry baru memperkenalkan pada bulan lalu smartphone kelas bawah, Q5, yang belum juga diketahui harga pastinya. Untuk faktor kedua, adalah hadirnya layanan BlackBerry Messenger atau yang biasa disebut dengan BBM, pada perangkat iOS dan Android. Hal ini muncul spekulasi bahwa penggemar layanan BBM tidak perlu membeli BlackBerry jika BBM sudah dapat dinikmati pada perangkat Android dan iOS. Artinya, mereka lebih memilih smartphone yang fleksibel seperti Android ketimbang harus membeli BlackBerry.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar